Peristiwa
Dengan terbentuknya dewan banteng yang bertendensi politik, pada tahap awal
Kasad melarang para perwira melakukan kegiatan politik. Tetapi larangan itu
disambut oleh ketua dewan banteng dengan mengambil alih pemerintahan propinsi
Sumatera Tengah, dari gubernur Ruslam Mulyoharjo. Alasannya karena gubernur
tidak mampu melaksanakan pembangunan.
Kegiatan di Sumatera Tengah diikuti pula oleh Sumatera Timur, yaitu ketua dewan
Gajah, Kolonel M.Simbolon mengambil alih semua kekuasaan dalam wilayah
T.T.II/Bukit Barisan.
Kemudian di
Sumatera Selatan terjadi kegiatan yang sama. Setelah diadakan konferensi dinas
pemerintah Sumatera Selatan lahirlah dewan Garuda. Panglima T.T.II/Sriwijaya
Letkol Barlian mengambil alih pemerintahan dari tangan gubernur.
Dalam keadaan demikian pemerintah pusat mengadakan musyawarah nasional
pembangunan untuk memecahkan persoalan secara terbuka. Tetapi usaha
pemerintah tersebut tidak diterima. Bahkan gerakan kedaerahan yang bersifat separatis terus berlangsung yang akhirnya menjurus menjadi pemberontakan.
pemerintah tersebut tidak diterima. Bahkan gerakan kedaerahan yang bersifat separatis terus berlangsung yang akhirnya menjurus menjadi pemberontakan.
Pemberontakan makin memuncak dengan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI). Untuk menumpas pemberontakan tersebut pemerintah melancarkan
operasi militer yaitu :
-
Operasi 17 Agustus : Di
Sumatera Barat
-
Operasi
Tegas
: Di Riau
-
Operasi Sapta Marga : Di Sumatera Utara
-
Operasi
Sadar
: Di Sumatera Selatan
Operasi 17
Agustus dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani dengan sasaran merebut pusat militer
di Padang dan pemerintahan di Bukit Tinggi serta kota kota lainnya yang
dikuasai pemberontak. Dari Kodam VII/Diponegoro telah ditugaskan RTP III yang
dipimpin oleh Letkol Suwito Haryoko. Terdiri dari Yon 438 di bawah pimpinan
Mayor S.Suryo Sukamto dan Yon 440 di bawah pimpinan Mayor Suroso.
Dengan operasi militer tersebut kota-kota di Sumatera Barat dapat dikuasai.
Makaselesailah operasi tempur dan dilanjutkan dengan operasi territorial. Dalam
operasi tersebut telah dilakukan pergantian pasukan sesuai dengan rotasi
penugasan antara lain adalah :
-
Yon
441
:Mayor Haryoprasetyo
-
Yon
446
:Mayor Sabdono
-
Yon
443
:Mayor Ratmojo
Adanya
Amnesti dari pemerintah, maka seluruh kekuatan PRRI yang telah menempuh jalan
sesat, kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Dengan demikian keamanan dapat
dipulihkan kembali.
C.Para Pelaku
(Antara Lain)
Dari Kodam
VII / Diponegoro
1.
Letkol Suwito Haryoko
2.
Mayor Suryosukamto
3.
Mayor Suroso
4.
Mayor Haryoprasetyo
5.
Mayor Sabdono
6.
Mayor Ratmaja
Dari PRRI
1.
Kolonel Simbolon
2.
Kolonel Dahlan Jambek
3.
Letkol Ahmad Husein
4.
Letkol Barlian
No comments:
Post a Comment