Welcome! It's My Blog~ and Let's Enjoyed! Okay

Tuesday, 4 February 2014

Pendidikan di Jepang

Pendidikan di Jepang mencakup pendidikan formal di sekolah, pendidikan moral di rumah, dan pendidikan masyarakat (pendidikan seumur hidup). Wajib belajar pendidikan dasar dan menengah berlaku untuk penduduk berusia 6 tahun hingga 15 tahun. Penduduk terdaftar yang memiliki anak usia wajib belajar akan menerima pemberitahuan untuk memasukkan anak ke sekolah. Sebagian besar lulusan sekolah menengah pertama melanjutkan ke sekolah menengah atas.
Sekolah negeri atau sekolah umum (公立学校 kōritsu gakkō?) diselenggarakan oleh pemerintah prefektur atau pemerintah kota, dan kadang-kadang oleh pemerintah pusat. Sebagian besar sekolah dasar negeri dan sekolah menengah pertama negeri dikelola pemerintah kota. Sebagian besar sekolah menengah atas dikelola oleh pemerintah prefektur, dan kadang-kadang oleh pemerintah kota. Sekolah swasta (市立学校 shiritsu gakkō?) diselenggarakan oleh badan hukum.
Pembuatan kurikulum pendidikan Jepang juga diawasi oleh The Board of Education yang terdapat pada tingkat perfectur dan munipal.  Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat sentralistiknya.  Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. Beberapa hal berikut harus diperhatikan ketika sekolah menyusun kurikulumnya :
·        Mengacu kepada standar kurikulum nasional
·        Mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani siswa
·        Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar
·        Memperhatikan step perkembangan siswa
·        Memperhatikan karakteristik course pendidikan/jurusan pada level SMA.

Struktur Pendidikan
Tahun ajaran dimulai bulan April. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari Senin hingga Jumat (sekolah negeri) atau Sabtu (sekolah swasta). Satu tahun ajaran dibagi menjadi 3 semester yang dipisahkan oleh liburan singkat musim semi dan musim dingin, serta liburan musim panas yang lebih panjang.[1] Lama liburan sekolah bergantung kepada iklim tempat sekolah tersebut berada. Di Hokkaido dan tempat-tempat yang banyak turun salju, libur musim dingin lebih panjang dan libur musim panas lebih pendek.
Usia
Kelas
Lembaga pendidikan
6
1
Sekolah Dasar (小学校 shōgakkō?)
7
2
8
3
9
4
10
5
11
6
12
7
Sekolah Menengah Pertama (中学校 chūgakkō?)
13
8
14
9
15
10
Sekolah Menengah Atas (高等学校 kōtōgakkō?) disingkat kōkō (高校)
Sekolah Teknik/Politeknik (高等専門学校 kōtō senmongakkō?) disingkat kōsen (高専)
16
11
17
12
18
Universitas (大学 daigaku?) (strata 1: 4 tahun)
Akademi (短期大学 tanki daigaku?) (strata 1: 2 tahun)
19
20
21
(struktur wajib sekolah di Jepang)

Pendidikan di Jepang sangatlah berkualitas. Ini terbukti dari pendidikan penduduknya yang mayoritas berhasil. Mereka tumbuh menjadi insan-insan profesional dan teruji hingga membawa dampak pada perkembangan kemajuan negaranya di segala bidang.
Aturan sistem sekolah bagi warga negara Jepang :
1.     Ajaran Baru di Jepang di mulai pada bulan April dan berakhir pada Maret tahun berikutnya. ini berlaku pada setiap tingkatan (SD-Perguruan Tinggi)
2.    Jepang menggunakan sistem CAWU. Dalam setahun ada 3 CAWU. Agustus-September libur musim panas selama 40 hari.
3.    Bulan September masuk 5 kali dalam seminggu.
4.    Usia 6 tahun adalah usia wajib belajar bagi anak-anak Jepang. Bagi Orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya ke SD-SMP akan di hukum oleh pemerintah.
5.    Jepang tidak mengenal sistem “tidak naik kelas“. Semua siswa akan naik ke tingkat selanjutnya secara otomatis. Sehingga di setiap tingkat tetap terisi oleh anak-anak yang seusia.
6.    Jepang tidak mengijinkan adanya kelas khusus / kelas unggulan atau akselerasi bagi mereka-mereka yang pintar-pintar dalam satu kelas khusus. Jepang hanya mengijinkan anak-anak yang pintar dalam Ilmu Sains dan Teknologi saja yang bisa masuk Perguruan Tinggi lebih cepat.
7.    Kurikulum di Jepang akan diperbarui dalam tempo 10 tahun sekali mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
8.    Evaluasi tidak hanya dari guru kepada siswanya, tapi juga siswa mengevaluasi gurunya demi manfaat pengajaran yang lebih baik.
9.    Jepang tidak mengenal standar nasional atau Internasional untuk pendidikannya. Jepang tidak menyediakan sekolah khusus bagi anak-anak yang pintar . mereka memandang bahwa sekolah adalah hak semua siswa di Jepang. di Indonesia misalnya ada RSBI atau sekolah unggulan.
10.  Akan banyak simpati dari warga Jepang kepada Bos atau perusahaan yang memperkerjakan anak-anak yang memiliki keterlambatan berfikir, kecacatan dan juga keterbelakangan.

Pendidikan di Jepang sebelum Restorasi Meiji pada awalnya berdasarkan sistem masyarakat feodal, yaitu pendidikan untuk samurai, petani, tukang, pedagang, serta rakyat jelata. Kegiatan ini dilaksanakan di kuil dengan bimbingan para pendeta Budha yang terkenal dengan sebutan Terakoya (sekolah kuil). Setelah Restorasi Meiji pemerintah gencar menerbitkan dan menerjemahkan berbagai macam buku serta mengirimkan pelajar ke berbagai negara untuk mendalami berbagai bidang ilmu. Usaha ini akhirnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan bagi negara tersebut.
Dalam hal pendidikan Jepang sangat maju, terbukti tingkat tahu huruf mencapai: 99,8% (1990), 100,0% (2000), pendidikan wajib di jepang selama 9 tahun (Dari umur 6 ke 15 tahun), dan jumlah pelajar sekolah menengah yang maju ke pendidikan tinggi kira-kira 96%. Dalam usaha meningkatkan minat baca, masyarakat Jepang mengkomikkan bahan ajar, dari pelajaran-pelajaran dasar seperti sejarah, biologi, fisika sampai ilmu filsafat. Pendekatan visualisasi dengan komik biasanya digunakan untuk menarik minat baca kaum muda dan mempermudah pembaca dalam memahami materi yang akan disampaikan. Dari situ budaya baca masyarakat tumbuh, dan di Jepang kita akan dengan mudah menemukan pembaca-pembaca buku dari berbagai usia di setiap lorong-lorong densha (kereta listrik), bus ataupun kursi tunggu di eki (stasiun densha).
Adapun sistem pendidikan di Jepang dibangun atas prinsip-prinsip: Legalisme, administrasi yang demokratis, netralitas, penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan, dan desentralisasi. Dan Pendidikannya memiiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai di antaranya ialah:
·        mengembangkan kepribadian secara penuh dengan berupaya keras membangun manusia yang sehat pikiran dan badan yang mencintai kebenaran dan keadilan
·        menghormati perseorangan
·        menghargai kerja
·        mempunyai rasa tanggung jawab yang dalam, dan
·        memiliki semangat independen sebagai pembangun negara dan masyarakat yang damai.

Sistem administrasi pendidikan dibangun dalam empat tingkat: pusat, prefectural (antara propinsi dan kabupaten), municipal (antara kabupaten dan kecamatan), dan sekolah. Masing-masing tingkat administrasi pendidikan tersebut mempunyai peran dan kewenangan yang saling mengisi dan bersifat kerjasama. Disamping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah.
Pada umumnya metode pengajaran yang digunakan di sekolah-sekolah di Jepang adalah kombinasi dari:
·        penjelasan dari dan tanya jawab dengan guru
·        diskusi antar murid, dan
·        eksplorasi oleh murid sendiri dengan menggunakan alat pembelajaran.
Di samping hal di atas, pengaruh pendidikan terhadap anak dan masyarakat telah membuat pendidikan Jepang mempunyai potensi yang luar biasa dalam berbagai hal. Misalnya :
Ø Minat masyarakat yang besar sekali pada pendidikan
Ø prestasi kognitif dan motivasi siswa relatif setaraf
Ø prestasi kognitif siswa rata-rata tinggi
Ø munculnya pelajaran ide egalitarianisme
Ø perubahan sosial yang egalitarian
Ø timbulnya kesamaan yang sama bagi semua lapisan masyarakat.
Pada dasarnya pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal yang erat hubungannya. Kebudayaan positif tentunya akan mampu mendidik dan membentuk karakter seseorang. Ciri khas bangsa Jepang adalah kehausan mereka akan ilmu yang tak pernah terpuaskan. Karena itu tidak heran bila kehidupan sehari-hari bangsa Jepang tidak akan lepas dari membaca. Di stasiun, perpustakaan, di jalan, atau secara ekstremnya dikatakan, di mana ada kehidupan, di situ mereka membaca. Bahkan hingga saat ini, koran adalah bacaan wajib mereka setiap hari. Ini merupakan budaya yang sangat positif dan patut kita tiru. Dan ada sebagian orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tekanan dari kurikulum dan orang tua yang begitu intens. Tuntutan ini tak lain ialah tuntutan jaman yang makin kompetitif dan ketidakmampuan bertahan berarti tersingkir menurut persepsi mereka.
Menurut Wiliam K. Cummings, Jepang berhasil merombak masyarakat melalui pendidikan melalui beberapa faktor antara lain :
F perhatian pada pendidikan datang dari berbagai macam pihak
F sekolah Jepang tidak mahal
F tidak ada diskriminasi terhadap sekolah
F kurikulum sekolah Jepang amat berat
F sekolah sebagai unit pendidikan
F guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan
F guru Jepang penuh dedikasi
F guru Jepang merasa wajib memberi pendidikan “manusia seutuhnya, dan guru Jepang bersikap adil.
Selain itu menurut Danasasmita ada beberapa karakteristik yang mendorong bangsa ini maju. Ini dibuktikan dengan beberapa ucapan orang Jepang, arigatoo (terima kasih). Orang Jepang menghargai jasa orang lain, otsukaresamadeshita (maaf, Anda telah bersusah payah). Orang Jepang menghargai hasil pekerjaan orang lain, ganbatte kudasai (berusahalah!). Perlunya setiap orang harus berusaha, semangat bushido (semangat kesatria). Orang Jepang punya semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting, dan tidak mau menyerah.
Pada tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai `Rainbow Plan`. Isinya adalah sebagai berikut:
1.     Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional.
2.    Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah
3.    Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya.
4.    Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
5.    Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
6.    Pengembangan universitas bertaraf internasional
7.    Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan (kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
Hingga tahun 2007, ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian ada protes dari kalangan guru, masyarakat pemerhati pendidikan. Untuk mewujudkan ketujuh poin tersebut bukan hal mudah, tapi saya melihat reformasi pendidikan di Jepang sekalipun mencontoh praktik dari Inggris atau Amerika, poin-poin yang diajukan benar-benar sesuai dengan problematika yang ada di Jepang.
UU Pendidikan juga menjadi bahan diskusi yang hangat di seantero Jepang. Tidak saja ahlinya yang turun tangan berbicara tetapi juga Teacher Union, forum siswa, senat mahasiswa, bahkan ibu rumah tangga biasa yang terlibat dalam kegiatan volunteer.
Di Jepang, untuk anak SD tidak ada sistem ranking jadi level semua anak sama. Jam belajar SD di Jepang cukup panjang, sekitar enam jam setiap harinya yaitu mulai sekitar pukul 8 pagi hingga sekitar pukul 2 siang, apabila sudah kelas 4 SD lebih meningkat frekuensi belajarnya. Satu hal lagi, anak-anak SD di Jepang apabila pergi ke sekolah diwajibkan jalan kaki, jadi tidak ada istilah diantar supir pribadi dan ditunggu oleh ibu/bapak atau babysitter. Tujuannya adalah melatih kemandirian anak.
kualitas pendidikan Jepang juga dapat kita lihat dalam indeks pendidikan yang dikeluarkan oleh UNDP.
Tahun
Indonesia
Jepang
Malaysia
1980
0.346
0.719
0.423
1985
0.394
0.741
0.498
1990
0.390
0.761
0.534
1995
0.445
0.806
0.593
2000
0.484
0.836
0.654
2005
0.526
0.862
0.711
2006
0.535
0.869
0.714
2007
0.557
0.873
0.713
2008
0.562
0.876
0.721
2009
0.578
0.880
0.725
2010
0.584
0.883
0.730
2011
0.584
0.883
0.730
Terakhir untuk melihat kualitas pendidikan di Jepang, dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia yang telah dirilis oleh UNDP.
Tahun
Indonesia
Jepang
Malaysia
1980
0.423
0.778
0.559
1985
0.460
0.803
0.600
1990
0.481
0.827
0.631
1995
0.527
0.850
0.674
2000
0.543
0.868
0.705
2005
0.572
0.886
0.738
2006
0.579
0.891
0.742
2007
0.591
0.894
0.746
2008
0.598
0.896
0.750
2009
0.607
0.895
0.752
2010
0.613
0.899
0.758
2011
0.617
0.901
0.761

Pendidikan Di Jepang , Dulu dan Kini


Pendidikan adalah hak setiap orang, tanpa memandang adanya perbedaan status sosial maupun latar belakang. Pada perkembangan selanjutnya, di akhir abad 19, sistem pendidikan di Jepang semakin terbuka untuk semua kalangan siswa. Sistem pendidikan modern yang pertama di Jepang adalah Gakusei, dengan fokus utama pada pengembangan pribadi siswa secara akademik maupun non-akademik. Sejak masa tersebut, pemerintah mengalokasikan dana yang banyak per tahun untuk pendidikan dan mulai menerapkan standarisasi mengenai jenjang pendidikan, fasilitas, struktur sekolah, hingga kurikulum dan materi pembelajaran. Tidak lupa pula disisipkan berbagai nilai sosial dan budaya kepada siswa dengan tujuan terbentuknya sistem pendidikan yang berakar pada budaya dan karakteristik bangsa. Prof. Otsuka, yang juga merupakan presiden Japan Comparative Education Society, juga menyampaikan bahwa di Jepang, nilai-nilai moral penting untuk ditanamkan pada siswa, mengingat fenomena bunuh diri di kalangan siswa yang angkanya cukup tinggi. Pembinaan karakter merupakan salah satu hal yang ditonjolkan dalam sistem pendidikan di sana.
Selain itu, prioritas utama dalam pendidikan modern di Jepang saat ini adalah tercapainya keharmonisan antara sikap pribadi siswa dan kemampuan mereka untuk bekerjasama dengan orang lain. Hal ini tampak pula dalam pembelajaran di kelas, misalnya melalui berbagai aktivitas yang didesain untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok untuk menumbuhkan tanggung jawab mereka sebagai individu sekaligus anggota kelompok.
Pada saat ini, 90% pemuda Jepang kuliah di perguruan tinggi, baik universitas maupun technical college. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khusus untuk calon guru, pemerintah Jepang membekali mahasiswa dengan training khusus yang wajib mereka ikuti. Training tersebut diselenggarakan setiap tahun dan biayanya ditanggung oleh Pemerintah.
Di akhir kuliah umum tersebut, Prof. Otsuka menggarisbawahi bahwa pendidikan merupakan hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa. Oleh karena itu, penting pula untuk mempelajari berbagai hal terkini yang berkaitan dengan pendidikan baik yang terjadi di negara tersebut maupun di negara lain.

Cara Mendapatkan Beasiswa di Perguruan Tinggi Jepang

Untuk mendapatkan beasiswa dari institusi pendidikan tinggi di Jepang, ternyata tidaklah serumit yang dibayangkan. Karena program beasiswa studi di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) menyediakan beberapa program.
Umumnya beasiswa diberikan selama maksimal 4 tahun (hingga lulus) tanpa ikatan apapun, dan pada saat melamar beasiswa di APU, tiga hal utama yang dilihat APU sebagai pemberi beasiswa adalah nilai akademik, tulisan/essay, dan interview.
Tidak perlu khawatir tidak bisa berbahasa Jepang, karena perkuliahan di APU menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantarnya. Yang justru perlu diperhatikan adalah proses seleksi beasiswa APU karena sangat ditentukan berdasarkan kualitas dokumen si pelamar.
Adapun beberapa pilihan beasiswanya meliputi:
-      Pra Enrollment: mencakup beasiswa program 100 persen, beasiswa program 80 persen, beasiswa program 65 persen, beasiswa program 50 persen, beasiswa 30 persen, dan Honor Scholarship.
-      Untuk program beasiswa 100 persen, biaya kuliah ditanggung semua oleh universitas, tanpa biaya tiket dan biaya hidup. Begitu pula dengan program 80 persen, universitas membayarkan 80 persen biaya kuliah dan seterusnya.
-      Sementara Honor Scholarship adalah beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi senilai 600.000 yen per tahun. Mahasiswa hanya membayar uang pangkal 130.000 yen, tiket pesawat, dan biaya kuliah 1.200.000-1.375.000 yen per tahun serta biaya hidup, dan bisa digabungkan dengan beasiswa APU lainnya.
-      Ada pula yang disebut dengan Beasiswa Pasca-enrollment, yaitu beasiswa internal untuk mahasiswa yang telah berada di Jepang, berprestasi serta memenuhi persyaratan. Selain itu, ada beasiswa eksternal yang diberikan untuk mahasiswa internasional, dan 19 macam beasiswa yang diberikan bagi yang memiliki student visa.
Berikut ini beberapa daftar nama universitas yang ada dikota-kota Jepang :


·         Asia University
·         Japan Academique University
·         Nihon University

·         Science University of Tokyo
·         Tokyo College of Music
·          Tokyo College of Pharmacy
·         Tokyo College of Music
·          Tokyo College of Pharmacy
·         University of Tokyo
·         Waseda University
·         Yamawaki Gakuen Junior College


Seifuku [Seragam Sekolah di Jepang]
Kemeja putih dengan dasi khas pelaut serta rok berlepitnya, membuat seifuku terlihat sangat menarik dan manis. Bahkan saking terkenalnya, seifuku telah menjadi inspirasi penting bagi para desainer di seluruh dunia.

Seifuku adalah sebutan bagi seragam sekolah di Jepang. Serafuku atau seifuku yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan sailor sefuku karena populernya film animasi sailormoon yang berpakaian seifuku adalah salah satu ikon pop kultur di Jepang.
Berawal dari Elizabeth Lee, yang diyakini sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan seragam sekolah Sailor di Jepang pada tahun 1921. Elizabeth Lee adalah Kepala Sekolah Fukuoka Jo Gakuin. Sebelumnya, Elizabeth menghabiskan sekolahnya di Inggris, tempat dimana ‘asal' seragam Sailor. Sailor uniform merupakan seragam yang digunakan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada saat itu.

Pada awal 1900-an, di Eropa sedang booming mode pakaian seragam Sailor. Seragam Sailor ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-17 di Eropa, tepatnya pada 1628 saat seragam model Sailor ini menjadi seragam resmi dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

Salah seorang yang berjasa mempopulerkan seragam Sailor di Eropa adalah Pangeran Edward VII dari Inggris. Sebuah lukisan yang menampilkan sosoknya dalam pakaian sailor saat berusia 5 tahun, yang dianggap banyak orang pada masa itu begitu mempesona, membuat popularitas seragam sailor berkembang di antara anak-anak dan kaum muda di Eropa.
Saat pengaruh Sailor Seifuku masuk ke Jepang, saat itu Jepang tengah berada pada era restorasi Meiji, masa-masa dimana pengaruh dunia Barat sangat deras masuk ke Jepang dan demokrasi sedang berkembang pesat. Eksistensi kaum wanita mulai diakui dan mereka sudah tidak sungkan lagi untuk meninggalkan tradisi lama, salah satunya adalah meninggalkan tradisi fashion lama, yaitu untuk selalu berpakaian kimono. Hal ini yang membuat sailor seifuku menjadi begitu populer di kalangan wanita, terutama kalangan pelajar hingga sekolah-sekolah saat itu menggunakan desain sailor sebagai seragam sekolahnya.
Setiap sekolah mempunyai desain seragam sailor yang berbeda-beda. Hal ini ternyata, disadari atau tidak oleh pihak sekolah, menjadi daya tarik bagi para calon siswa. Bahkan tidak sedikit siswa yang mendaftar di sebuah sekolah hanya karena seragam sailornya yang keren.
Sedikit penjelasan mengenai seifuku yang sangat-sangat mini : Sebenarnya rok seifuku itu memiliki standar di bawah lutut. Kemudian entah pemikiran dari mana beberapa sekolah menaikkan rok itu beberapa senti di atas lutut, dan ini berhasil menurunkan tingkat ketidakhadiran siswa/siswi yang nakal karena membolos.

Alasan lainnya adalah keinginan siswi untuk bergaya dan menarik hati lawan jenis. Sebenarnya dibeberapa sekolah dijepang saat ini, siswi-siswi yang mengenakan rok diatas lutut tidak diperbolehkan. Mereka akan ditegur atau dikejar oleh penjaga sekolah, karena sejak diberlakukannya rok dibawah lutut dibeberapa sekolah di Jepang sejak 2009 lalu. Sedikit demi sedikit sekolah-sekolah mulai memberlakukan sistem ini.

Pendidikan Karakter Jepang

Pendidikan memegang peranan yang signifikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Kemajuan teknologi di Jepang, tak terlepas dari peran sistem pendidikan yang dikembangkan di negaranya. Pendidikan sedari dini, yang ditanamkan kepada siswa Jepang di sekolah dasar lebih ditekankan kepada pendidikan karakter dan pendidikan nilai-nilai moral. Sebagai contoh, dalam penyampaian mata pelajaran moral, tentang berbohong, pendekatan yang dilakukan oleh guru Jepang adalah tidak dengan mendoktrin tentang pentingnya untuk berlaku jujur, namun dengan mengajak anak-anak berdiskusi tentang akibat-akibat berbohong. Tidak ada yang malu bertanya dan mentertawakan teman yang sedang bertanya, bahkan dalam menjawab pertanyaan guru pun, semuanya beradu cepat serentak mengacungkan tangan seraya meneriakkan “haik” dengan lantang. Diskusi interaktif itu menggiring siswa untuk berpikir tentang pentingnya melaksanakan nilai-nilai moral yang akan diajarkan. Tidak ada proses menghafal, juga tidak ada tes tertulis untuk pelajaran moral ini. Untuk mengecek pemahaman siswa tentang pelajaran moral yang diajarkan, mereka diminta untuk membuat karangan, atau menuliskan apa yang mereka pikirkan tentang tema moral tertentu. Kadang mereka juga diputarkan film yang memiliki muatan moral yang akan diajarkan, kemudian mendiskusikan makna dari film tersebut.
Hal yang bertolak belakang dengan apa yang kita lihat di Indonesia, penyampaian pelajaran moral di sekolah lebih banyak hanya berupa doktrin, sebatas ritual dan hafalan belaka tanpa diikuti penjelasan makna mengapa semua itu harus dilakukan. Padahal, yang lebih penting adalah menanamkan pemahaman dan kesadaran pada anak mengapa suatu hal harus dan tidak boleh dilakukan.
Bercermin dari keberhasilan masyarakat Jepang dalam mendidik generasi penerus bangsanya melalui pendidikan karakter dari usia dini dan sistem evaluasinya tidak dilakukan dalam bentuk multiple choice, melainkan dalam bentuk uraian dimana siswa dapat menjelaskan argumennya, sehingga dapat menunjukkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap pendidikan moral itu sendiri, disamping itu peran keluarga dirumah, terutama ibu hendaknya juga dilibatkan dalam pendidikan moral ini demi menunjang keselarasan antara ilmu yang didapatkan di bangku sekolah dengan contoh pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh menarik yang mengajarkan tentang teamwork dan kepemimpinan, terlihat dari sistem keberangkatan siswa SD Jepang ke sekolah mereka. Siswa SD Jepang diharuskan berjalan kaki ke sekolah, mereka berkumpul di pos masing-masing tiap-tiap wilayah secara berkelompok, tidak ada yang berjalan sendiri, saling menunggu dan akan berangkat apabila anggota kelompok sudah lengkap, mereka berjalan berbaris di pimpin anggota kelas 6 yang berjalan di urutan paling depan. Jadwal masuk pintu gerbang sekolah hanya 10 menit, dari pukul 7:50-8:00. Menariknya, kelompok pertama yang mencapai gedung sekolah tidak akan memasuki gerbang sekolah terlebih dahulu, mereka berbaris rapi di depan gerbang, menunggu kedatangan kelompok yang lainnya. Begitu kelompok berikutnya tiba, mereka saling mengucapkan salam, “ohayougozaimasu! (selamat pagi), disambut langsung dengan jawaban “ohayougozaimasu!” kembali. Lalu mereka menyambung barisan menanti teman-teman lainnya datang, membuat barisan menjadi semakin panjang. Begitu kelompok terakhir datang, kelompok-kelompok tersebut memasuki pintu gerbang dengan barisan yang rapi, tidak berpencar, tanpa ada keributan, dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Meskipun dalam cuaca dingin bersalju, semua siswa tetap melakukannya dengan penuh semangat, rasa sabar yang tinggi dan tanpa berkeluh kesah.
Belajar dari hal tersebut diatas, dapat kita jadikan sebagai contoh dan ide yang bernilai apabila diterapkan juga kepada siswa di Indonesia, sehingga mampu mengajarkan arti tanggung jawab dan peran seorang siswa untuk bekerja sama dalam sebuah tim.

Berjalan efektifnya suatu metoda ajar dalam dunia pendidikan, tak terlepas dari peran seorang guru, sebab guru lah yang menjadi sosok teladan dan contoh yang baik bagi siswanya. Di Jepang sendiri, dengan diadakannya pelatihan guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya, mampu menghasilkan guru-guru dengan kualitas yang sangat baik.

No comments:

Post a Comment