Pendidikan di Jepang mencakup pendidikan
formal
di sekolah, pendidikan moral di rumah, dan
pendidikan masyarakat (pendidikan
seumur hidup). Wajib
belajar pendidikan dasar dan menengah berlaku untuk penduduk
berusia 6 tahun hingga 15 tahun. Penduduk terdaftar yang memiliki anak usia
wajib belajar akan menerima pemberitahuan untuk memasukkan anak ke sekolah.
Sebagian besar lulusan sekolah menengah pertama melanjutkan ke sekolah menengah atas.
Sekolah
negeri atau sekolah umum (公立学校 kōritsu gakkō?) diselenggarakan oleh pemerintah prefektur atau pemerintah
kota, dan kadang-kadang oleh pemerintah pusat. Sebagian besar sekolah dasar
negeri dan sekolah menengah pertama negeri dikelola pemerintah kota. Sebagian
besar sekolah menengah atas dikelola oleh pemerintah prefektur, dan
kadang-kadang oleh pemerintah kota. Sekolah swasta (市立学校 shiritsu gakkō?) diselenggarakan oleh badan hukum.
Pembuatan
kurikulum pendidikan Jepang juga diawasi oleh The Board of Education yang terdapat pada tingkat perfectur
dan munipal. Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT,
maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat
sentralistiknya. Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council
for Education (chuuou shingi kyouiku kai)
pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan
kurikulum di masa mendatang. Beberapa
hal berikut harus diperhatikan ketika sekolah menyusun kurikulumnya :
·
Mengacu kepada standar kurikulum nasional
·
Mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani
siswa
·
Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar
·
Memperhatikan step perkembangan siswa
·
Memperhatikan karakteristik course pendidikan/jurusan
pada level SMA.
Struktur Pendidikan
Tahun
ajaran dimulai bulan April. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari Senin hingga Jumat (sekolah negeri)
atau Sabtu (sekolah swasta).
Satu tahun ajaran dibagi menjadi 3 semester yang dipisahkan oleh liburan
singkat musim semi dan musim
dingin,
serta liburan musim panas yang lebih panjang.[1] Lama liburan sekolah
bergantung kepada iklim tempat sekolah tersebut berada. Di Hokkaido dan tempat-tempat
yang banyak turun salju, libur musim dingin lebih panjang dan libur musim panas
lebih pendek.
Usia
|
Kelas
|
Lembaga pendidikan
|
|
6
|
1
|
||
7
|
2
|
||
8
|
3
|
||
9
|
4
|
||
10
|
5
|
||
11
|
6
|
||
12
|
7
|
||
13
|
8
|
||
14
|
9
|
||
15
|
10
|
||
16
|
11
|
||
17
|
12
|
||
18
|
|||
19
|
|||
20
|
|||
21
|
(struktur wajib sekolah di Jepang)
Pendidikan
di Jepang sangatlah berkualitas. Ini terbukti dari pendidikan penduduknya yang
mayoritas berhasil. Mereka tumbuh menjadi insan-insan profesional dan teruji
hingga membawa dampak pada perkembangan kemajuan negaranya di segala bidang.
Aturan
sistem sekolah bagi warga negara Jepang :
1. Ajaran Baru di Jepang
di mulai pada bulan April dan berakhir pada Maret tahun berikutnya. ini berlaku
pada setiap tingkatan (SD-Perguruan Tinggi)
2. Jepang menggunakan
sistem CAWU. Dalam setahun ada 3 CAWU. Agustus-September libur musim panas
selama 40 hari.
3. Bulan September masuk
5 kali dalam seminggu.
4. Usia 6 tahun adalah
usia wajib belajar bagi anak-anak Jepang. Bagi Orang tua yang tidak
menyekolahkan anaknya ke SD-SMP akan di hukum oleh pemerintah.
5. Jepang tidak mengenal
sistem “tidak naik kelas“. Semua siswa akan naik ke tingkat selanjutnya secara
otomatis. Sehingga di setiap tingkat tetap terisi oleh anak-anak yang seusia.
6. Jepang tidak
mengijinkan adanya kelas khusus / kelas unggulan atau akselerasi bagi
mereka-mereka yang pintar-pintar dalam satu kelas khusus. Jepang hanya
mengijinkan anak-anak yang pintar dalam Ilmu Sains dan Teknologi saja yang bisa
masuk Perguruan Tinggi lebih cepat.
7. Kurikulum di Jepang
akan diperbarui dalam tempo 10 tahun sekali mengikuti perkembangan teknologi
yang ada.
8. Evaluasi tidak hanya
dari guru kepada siswanya, tapi juga siswa mengevaluasi gurunya demi manfaat
pengajaran yang lebih baik.
9. Jepang tidak mengenal
standar nasional atau Internasional untuk pendidikannya. Jepang tidak
menyediakan sekolah khusus bagi anak-anak yang pintar . mereka memandang bahwa
sekolah adalah hak semua siswa di Jepang. di Indonesia misalnya ada RSBI atau
sekolah unggulan.
10. Akan banyak simpati
dari warga Jepang kepada Bos atau perusahaan yang memperkerjakan anak-anak yang
memiliki keterlambatan berfikir, kecacatan dan juga keterbelakangan.
Pendidikan di
Jepang sebelum Restorasi Meiji pada awalnya berdasarkan sistem masyarakat
feodal, yaitu pendidikan untuk samurai, petani, tukang, pedagang, serta rakyat
jelata. Kegiatan ini dilaksanakan di kuil dengan bimbingan para pendeta Budha
yang terkenal dengan sebutan Terakoya (sekolah kuil). Setelah Restorasi Meiji
pemerintah gencar menerbitkan dan menerjemahkan berbagai macam buku serta
mengirimkan pelajar ke berbagai negara untuk mendalami berbagai bidang ilmu.
Usaha ini akhirnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan bagi negara tersebut.
Dalam hal
pendidikan Jepang sangat maju, terbukti tingkat tahu huruf mencapai: 99,8%
(1990), 100,0% (2000), pendidikan wajib di jepang selama 9 tahun (Dari umur 6
ke 15 tahun), dan jumlah pelajar sekolah menengah yang maju ke pendidikan
tinggi kira-kira 96%. Dalam usaha meningkatkan minat baca, masyarakat Jepang
mengkomikkan bahan ajar, dari pelajaran-pelajaran dasar seperti sejarah,
biologi, fisika sampai ilmu filsafat. Pendekatan visualisasi dengan komik
biasanya digunakan untuk menarik minat baca kaum muda dan mempermudah pembaca
dalam memahami materi yang akan disampaikan. Dari situ budaya baca masyarakat
tumbuh, dan di Jepang kita akan dengan mudah menemukan pembaca-pembaca buku
dari berbagai usia di setiap lorong-lorong densha (kereta listrik), bus ataupun
kursi tunggu di eki (stasiun densha).
Adapun sistem
pendidikan di Jepang dibangun atas prinsip-prinsip: Legalisme, administrasi
yang demokratis, netralitas, penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan, dan
desentralisasi. Dan Pendidikannya memiiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai
di antaranya ialah:
·
mengembangkan
kepribadian secara penuh dengan berupaya keras membangun manusia yang sehat
pikiran dan badan yang mencintai kebenaran dan keadilan
·
menghormati
perseorangan
·
menghargai
kerja
·
mempunyai
rasa tanggung jawab yang dalam, dan
·
memiliki
semangat independen sebagai pembangun negara dan masyarakat yang damai.
Sistem administrasi pendidikan dibangun dalam empat tingkat: pusat, prefectural (antara propinsi dan kabupaten), municipal (antara kabupaten dan kecamatan), dan sekolah. Masing-masing tingkat administrasi pendidikan tersebut mempunyai peran dan kewenangan yang saling mengisi dan bersifat kerjasama. Disamping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah.
Pada umumnya
metode pengajaran yang digunakan di sekolah-sekolah di Jepang adalah kombinasi
dari:
·
penjelasan
dari dan tanya jawab dengan guru
·
diskusi
antar murid, dan
·
eksplorasi
oleh murid sendiri dengan menggunakan alat pembelajaran.
Di samping hal di
atas, pengaruh pendidikan terhadap anak dan masyarakat telah membuat pendidikan
Jepang mempunyai potensi yang luar biasa dalam berbagai hal. Misalnya :
Ø Minat masyarakat yang besar sekali
pada pendidikan
Ø prestasi kognitif dan motivasi
siswa relatif setaraf
Ø prestasi kognitif siswa rata-rata
tinggi
Ø munculnya pelajaran ide
egalitarianisme
Ø perubahan sosial yang egalitarian
Ø timbulnya kesamaan yang sama bagi
semua lapisan masyarakat.
Pada dasarnya
pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal yang erat hubungannya. Kebudayaan
positif tentunya akan mampu mendidik dan membentuk karakter seseorang. Ciri
khas bangsa Jepang adalah kehausan mereka akan ilmu yang tak pernah terpuaskan.
Karena itu tidak heran bila kehidupan sehari-hari bangsa Jepang tidak akan
lepas dari membaca. Di stasiun, perpustakaan, di jalan, atau secara ekstremnya
dikatakan, di mana ada kehidupan, di situ mereka membaca. Bahkan hingga saat
ini, koran adalah bacaan wajib mereka setiap hari. Ini merupakan budaya yang
sangat positif dan patut kita tiru. Dan ada sebagian orang yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri karena tekanan dari kurikulum dan orang tua yang
begitu intens. Tuntutan ini tak lain ialah tuntutan jaman yang makin kompetitif
dan ketidakmampuan bertahan berarti tersingkir menurut persepsi mereka.
Menurut Wiliam K.
Cummings, Jepang berhasil merombak masyarakat melalui pendidikan melalui
beberapa faktor antara lain :
F perhatian pada pendidikan datang
dari berbagai macam pihak
F sekolah Jepang tidak mahal
F tidak ada diskriminasi terhadap
sekolah
F kurikulum sekolah Jepang amat berat
F sekolah sebagai unit pendidikan
F guru terjamin tidak akan kehilangan
jabatan
F guru Jepang penuh dedikasi
F guru Jepang merasa wajib memberi
pendidikan “manusia seutuhnya, dan guru Jepang bersikap adil.
Selain itu
menurut Danasasmita ada beberapa karakteristik yang mendorong bangsa ini maju.
Ini dibuktikan dengan beberapa ucapan orang Jepang, arigatoo (terima kasih).
Orang Jepang menghargai jasa orang lain, otsukaresamadeshita (maaf, Anda telah
bersusah payah). Orang Jepang menghargai hasil pekerjaan orang lain, ganbatte
kudasai (berusahalah!). Perlunya setiap orang harus berusaha, semangat bushido
(semangat kesatria). Orang Jepang punya semangat yang tidak pernah luntur,
tahan banting, dan tidak mau menyerah.
Pada tahun 2001
Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di
Jepang yang disebut sebagai `Rainbow Plan`. Isinya adalah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan
kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan.
Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per
kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi
belajar secara nasional.
2.
Mendorong
pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui
aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran
moral di sekolah
3.
Mengembangkan
lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan
kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya.
4.
Menjadikan
sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat.
Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri,
dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite
sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan
keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
5.
Melatih
guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan
evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi,
juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja
guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
6.
Pengembangan
universitas bertaraf internasional
7.
Pembentukan
filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi
konstitusi pendidikan (kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
Hingga tahun 2007, ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian ada protes dari kalangan guru, masyarakat pemerhati pendidikan. Untuk mewujudkan ketujuh poin tersebut bukan hal mudah, tapi saya melihat reformasi pendidikan di Jepang sekalipun mencontoh praktik dari Inggris atau Amerika, poin-poin yang diajukan benar-benar sesuai dengan problematika yang ada di Jepang.
Hingga tahun 2007, ketujuh poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian ada protes dari kalangan guru, masyarakat pemerhati pendidikan. Untuk mewujudkan ketujuh poin tersebut bukan hal mudah, tapi saya melihat reformasi pendidikan di Jepang sekalipun mencontoh praktik dari Inggris atau Amerika, poin-poin yang diajukan benar-benar sesuai dengan problematika yang ada di Jepang.
UU Pendidikan
juga menjadi bahan diskusi yang hangat di seantero Jepang. Tidak saja ahlinya
yang turun tangan berbicara tetapi juga Teacher Union, forum siswa, senat mahasiswa,
bahkan ibu rumah tangga biasa yang terlibat dalam kegiatan volunteer.
Di Jepang, untuk
anak SD tidak ada sistem ranking jadi level semua anak sama. Jam belajar SD di
Jepang cukup panjang, sekitar enam jam setiap harinya yaitu mulai sekitar pukul
8 pagi hingga sekitar pukul 2 siang, apabila sudah kelas 4 SD lebih meningkat
frekuensi belajarnya. Satu hal lagi, anak-anak SD di Jepang apabila pergi ke
sekolah diwajibkan jalan kaki, jadi tidak ada istilah diantar supir pribadi dan
ditunggu oleh ibu/bapak atau babysitter. Tujuannya adalah melatih kemandirian
anak.
kualitas pendidikan
Jepang juga dapat kita lihat dalam indeks pendidikan yang dikeluarkan oleh
UNDP.
Tahun
|
Indonesia
|
Jepang
|
Malaysia
|
1980
|
0.346
|
0.719
|
0.423
|
1985
|
0.394
|
0.741
|
0.498
|
1990
|
0.390
|
0.761
|
0.534
|
1995
|
0.445
|
0.806
|
0.593
|
2000
|
0.484
|
0.836
|
0.654
|
2005
|
0.526
|
0.862
|
0.711
|
2006
|
0.535
|
0.869
|
0.714
|
2007
|
0.557
|
0.873
|
0.713
|
2008
|
0.562
|
0.876
|
0.721
|
2009
|
0.578
|
0.880
|
0.725
|
2010
|
0.584
|
0.883
|
0.730
|
2011
|
0.584
|
0.883
|
0.730
|
Terakhir untuk
melihat kualitas pendidikan di Jepang, dapat dilihat dari indeks pembangunan
manusia yang telah dirilis oleh UNDP.
Tahun
|
Indonesia
|
Jepang
|
Malaysia
|
1980
|
0.423
|
0.778
|
0.559
|
1985
|
0.460
|
0.803
|
0.600
|
1990
|
0.481
|
0.827
|
0.631
|
1995
|
0.527
|
0.850
|
0.674
|
2000
|
0.543
|
0.868
|
0.705
|
2005
|
0.572
|
0.886
|
0.738
|
2006
|
0.579
|
0.891
|
0.742
|
2007
|
0.591
|
0.894
|
0.746
|
2008
|
0.598
|
0.896
|
0.750
|
2009
|
0.607
|
0.895
|
0.752
|
2010
|
0.613
|
0.899
|
0.758
|
2011
|
0.617
|
0.901
|
0.761
|
Pendidikan Di Jepang , Dulu dan Kini
Pendidikan adalah hak setiap orang, tanpa
memandang adanya perbedaan status sosial maupun latar belakang. Pada
perkembangan selanjutnya, di akhir abad 19, sistem pendidikan di Jepang semakin
terbuka untuk semua kalangan siswa. Sistem pendidikan modern yang pertama di
Jepang adalah Gakusei, dengan fokus utama pada pengembangan pribadi siswa
secara akademik maupun non-akademik. Sejak masa tersebut, pemerintah
mengalokasikan dana yang banyak per tahun untuk pendidikan dan mulai menerapkan
standarisasi mengenai jenjang pendidikan, fasilitas, struktur sekolah, hingga
kurikulum dan materi pembelajaran. Tidak lupa pula disisipkan berbagai nilai
sosial dan budaya kepada siswa dengan tujuan terbentuknya sistem pendidikan
yang berakar pada budaya dan karakteristik bangsa. Prof. Otsuka, yang juga
merupakan presiden Japan Comparative Education Society, juga menyampaikan bahwa
di Jepang, nilai-nilai moral penting untuk ditanamkan pada siswa, mengingat
fenomena bunuh diri di kalangan siswa yang angkanya cukup tinggi. Pembinaan
karakter merupakan salah satu hal yang ditonjolkan dalam sistem pendidikan di
sana.
Selain
itu, prioritas utama dalam pendidikan modern di Jepang saat ini adalah
tercapainya keharmonisan antara sikap pribadi siswa dan kemampuan mereka untuk
bekerjasama dengan orang lain. Hal ini tampak pula dalam pembelajaran di kelas,
misalnya melalui berbagai aktivitas yang didesain untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam kelompok untuk menumbuhkan tanggung jawab mereka
sebagai individu sekaligus anggota kelompok.
Pada saat
ini, 90% pemuda Jepang kuliah di perguruan tinggi, baik universitas maupun
technical college. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khusus untuk calon
guru, pemerintah Jepang membekali mahasiswa dengan training khusus yang wajib
mereka ikuti. Training tersebut diselenggarakan setiap tahun dan biayanya
ditanggung oleh Pemerintah.
Di akhir
kuliah umum tersebut, Prof. Otsuka menggarisbawahi bahwa pendidikan merupakan
hal yang penting bagi perkembangan suatu bangsa. Oleh karena itu, penting pula
untuk mempelajari berbagai hal terkini yang berkaitan dengan pendidikan baik
yang terjadi di negara tersebut maupun di negara lain.
Cara Mendapatkan
Beasiswa di Perguruan Tinggi Jepang
Untuk mendapatkan beasiswa
dari institusi pendidikan tinggi di Jepang, ternyata tidaklah serumit yang
dibayangkan. Karena program beasiswa studi di Ritsumeikan Asia Pacific
University (APU) menyediakan beberapa program.
Umumnya beasiswa diberikan
selama maksimal 4 tahun (hingga lulus) tanpa ikatan apapun, dan pada saat
melamar beasiswa di APU, tiga hal utama yang dilihat APU sebagai pemberi
beasiswa adalah nilai akademik, tulisan/essay, dan interview.
Tidak perlu khawatir tidak
bisa berbahasa Jepang, karena perkuliahan di APU menggunakan Bahasa Inggris
sebagai pengantarnya. Yang justru perlu diperhatikan adalah proses seleksi
beasiswa APU karena sangat ditentukan berdasarkan kualitas dokumen si pelamar.
Adapun beberapa pilihan
beasiswanya meliputi:
- Pra
Enrollment: mencakup beasiswa program 100 persen, beasiswa program 80 persen,
beasiswa program 65 persen, beasiswa program 50 persen, beasiswa 30 persen, dan
Honor Scholarship.
- Untuk
program beasiswa 100 persen, biaya kuliah ditanggung semua oleh universitas,
tanpa biaya tiket dan biaya hidup. Begitu pula dengan program 80 persen,
universitas membayarkan 80 persen biaya kuliah dan seterusnya.
- Sementara
Honor Scholarship adalah beasiswa yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi senilai 600.000 yen per
tahun. Mahasiswa hanya membayar uang pangkal 130.000 yen, tiket pesawat, dan
biaya kuliah 1.200.000-1.375.000 yen per tahun serta biaya hidup, dan bisa
digabungkan dengan beasiswa APU lainnya.
- Ada pula
yang disebut dengan Beasiswa Pasca-enrollment, yaitu beasiswa internal untuk
mahasiswa yang telah berada di Jepang, berprestasi serta memenuhi persyaratan.
Selain itu, ada beasiswa eksternal yang diberikan untuk mahasiswa
internasional, dan 19 macam beasiswa yang diberikan bagi yang memiliki student
visa.
Berikut ini beberapa
daftar nama universitas yang ada dikota-kota Jepang :
Seifuku
[Seragam Sekolah di Jepang]
Kemeja
putih dengan dasi khas pelaut serta rok berlepitnya, membuat seifuku terlihat
sangat menarik dan manis. Bahkan saking terkenalnya, seifuku telah menjadi
inspirasi penting bagi para desainer di seluruh dunia.

Berawal
dari Elizabeth Lee, yang diyakini sebagai orang yang pertama kali
memperkenalkan seragam sekolah Sailor di Jepang pada tahun 1921. Elizabeth Lee
adalah Kepala Sekolah Fukuoka Jo Gakuin. Sebelumnya, Elizabeth menghabiskan
sekolahnya di Inggris, tempat dimana ‘asal' seragam Sailor. Sailor uniform
merupakan seragam yang digunakan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada saat
itu.
Pada awal 1900-an, di Eropa sedang booming mode pakaian seragam Sailor. Seragam Sailor ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-17 di Eropa, tepatnya pada 1628 saat seragam model Sailor ini menjadi seragam resmi dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
Salah seorang yang berjasa mempopulerkan seragam Sailor di Eropa adalah Pangeran Edward VII dari Inggris. Sebuah lukisan yang menampilkan sosoknya dalam pakaian sailor saat berusia 5 tahun, yang dianggap banyak orang pada masa itu begitu mempesona, membuat popularitas seragam sailor berkembang di antara anak-anak dan kaum muda di Eropa.
Pada awal 1900-an, di Eropa sedang booming mode pakaian seragam Sailor. Seragam Sailor ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-17 di Eropa, tepatnya pada 1628 saat seragam model Sailor ini menjadi seragam resmi dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
Salah seorang yang berjasa mempopulerkan seragam Sailor di Eropa adalah Pangeran Edward VII dari Inggris. Sebuah lukisan yang menampilkan sosoknya dalam pakaian sailor saat berusia 5 tahun, yang dianggap banyak orang pada masa itu begitu mempesona, membuat popularitas seragam sailor berkembang di antara anak-anak dan kaum muda di Eropa.
Saat
pengaruh Sailor Seifuku masuk ke Jepang, saat itu Jepang tengah berada pada era
restorasi Meiji, masa-masa dimana pengaruh dunia Barat sangat deras masuk ke
Jepang dan demokrasi sedang berkembang pesat. Eksistensi kaum wanita mulai
diakui dan mereka sudah tidak sungkan lagi untuk meninggalkan tradisi lama,
salah satunya adalah meninggalkan tradisi fashion lama, yaitu untuk selalu
berpakaian kimono. Hal ini yang membuat sailor seifuku menjadi begitu populer
di kalangan wanita, terutama kalangan pelajar hingga sekolah-sekolah saat itu
menggunakan desain sailor sebagai seragam sekolahnya.
Setiap
sekolah mempunyai desain seragam sailor yang berbeda-beda. Hal ini ternyata,
disadari atau tidak oleh pihak sekolah, menjadi daya tarik bagi para calon
siswa. Bahkan tidak sedikit siswa yang mendaftar di sebuah sekolah hanya karena
seragam sailornya yang keren.
Sedikit
penjelasan mengenai seifuku yang sangat-sangat mini : Sebenarnya rok seifuku
itu memiliki standar di bawah lutut. Kemudian entah pemikiran dari mana
beberapa sekolah menaikkan rok itu beberapa senti di atas lutut, dan ini
berhasil menurunkan tingkat ketidakhadiran siswa/siswi yang nakal karena
membolos.
Alasan
lainnya adalah keinginan siswi untuk bergaya dan menarik hati lawan jenis.
Sebenarnya dibeberapa sekolah dijepang saat ini, siswi-siswi yang mengenakan
rok diatas lutut tidak diperbolehkan. Mereka akan ditegur atau dikejar oleh
penjaga sekolah, karena sejak diberlakukannya rok dibawah lutut dibeberapa
sekolah di Jepang sejak 2009 lalu. Sedikit demi sedikit sekolah-sekolah mulai
memberlakukan sistem ini.
Pendidikan Karakter Jepang
Pendidikan memegang peranan yang signifikan
pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak-anak sebagai generasi penerus
bangsa. Kemajuan teknologi di Jepang, tak terlepas dari peran sistem pendidikan
yang dikembangkan di negaranya. Pendidikan sedari dini, yang ditanamkan kepada
siswa Jepang di sekolah dasar lebih ditekankan kepada pendidikan karakter dan
pendidikan nilai-nilai moral. Sebagai contoh, dalam penyampaian mata pelajaran
moral, tentang berbohong, pendekatan yang dilakukan oleh guru Jepang adalah tidak
dengan mendoktrin tentang pentingnya untuk berlaku jujur, namun dengan mengajak
anak-anak berdiskusi tentang akibat-akibat berbohong. Tidak ada yang malu
bertanya dan mentertawakan teman yang sedang bertanya, bahkan dalam menjawab
pertanyaan guru pun, semuanya beradu cepat serentak mengacungkan tangan seraya
meneriakkan “haik” dengan lantang. Diskusi interaktif itu menggiring siswa
untuk berpikir tentang pentingnya melaksanakan nilai-nilai moral yang akan
diajarkan. Tidak ada proses menghafal, juga tidak ada tes tertulis untuk
pelajaran moral ini. Untuk mengecek pemahaman siswa tentang pelajaran moral
yang diajarkan, mereka diminta untuk membuat karangan, atau menuliskan apa yang
mereka pikirkan tentang tema moral tertentu. Kadang mereka juga diputarkan film
yang memiliki muatan moral yang akan diajarkan, kemudian mendiskusikan makna
dari film tersebut.
Hal yang bertolak belakang dengan apa yang
kita lihat di Indonesia, penyampaian pelajaran moral di sekolah lebih banyak
hanya berupa doktrin, sebatas ritual dan hafalan belaka tanpa diikuti
penjelasan makna mengapa semua itu harus dilakukan. Padahal, yang lebih penting
adalah menanamkan pemahaman dan kesadaran pada anak mengapa suatu hal harus dan
tidak boleh dilakukan.
Bercermin dari keberhasilan masyarakat Jepang
dalam mendidik generasi penerus bangsanya melalui pendidikan karakter dari usia
dini dan sistem evaluasinya tidak dilakukan dalam bentuk multiple choice,
melainkan dalam bentuk uraian dimana siswa dapat menjelaskan argumennya,
sehingga dapat menunjukkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap pendidikan
moral itu sendiri, disamping itu peran keluarga dirumah, terutama ibu hendaknya
juga dilibatkan dalam pendidikan moral ini demi menunjang keselarasan antara
ilmu yang didapatkan di bangku sekolah dengan contoh pengaplikasiannya di
kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh menarik yang mengajarkan
tentang teamwork dan kepemimpinan, terlihat dari sistem keberangkatan siswa SD
Jepang ke sekolah mereka. Siswa SD Jepang diharuskan berjalan kaki ke sekolah,
mereka berkumpul di pos masing-masing tiap-tiap wilayah secara berkelompok,
tidak ada yang berjalan sendiri, saling menunggu dan akan berangkat apabila
anggota kelompok sudah lengkap, mereka berjalan berbaris di pimpin anggota
kelas 6 yang berjalan di urutan paling depan. Jadwal masuk pintu gerbang
sekolah hanya 10 menit, dari pukul 7:50-8:00. Menariknya, kelompok pertama yang
mencapai gedung sekolah tidak akan memasuki gerbang sekolah terlebih dahulu,
mereka berbaris rapi di depan gerbang, menunggu kedatangan kelompok yang
lainnya. Begitu kelompok berikutnya tiba, mereka saling mengucapkan salam,
“ohayougozaimasu! (selamat pagi), disambut langsung dengan jawaban
“ohayougozaimasu!” kembali. Lalu mereka menyambung barisan menanti teman-teman
lainnya datang, membuat barisan menjadi semakin panjang. Begitu kelompok
terakhir datang, kelompok-kelompok tersebut memasuki pintu gerbang dengan
barisan yang rapi, tidak berpencar, tanpa ada keributan, dan hanya membutuhkan
waktu sekitar 10 menit. Meskipun dalam cuaca dingin bersalju, semua siswa tetap
melakukannya dengan penuh semangat, rasa sabar yang tinggi dan tanpa berkeluh
kesah.
Belajar dari hal tersebut diatas, dapat kita
jadikan sebagai contoh dan ide yang bernilai apabila diterapkan juga kepada
siswa di Indonesia, sehingga mampu mengajarkan arti tanggung jawab dan peran
seorang siswa untuk bekerja sama dalam sebuah tim.
Berjalan efektifnya suatu metoda ajar dalam
dunia pendidikan, tak terlepas dari peran seorang guru, sebab guru lah yang
menjadi sosok teladan dan contoh yang baik bagi siswanya. Di Jepang sendiri,
dengan diadakannya pelatihan guru untuk menjadi tenaga professional, salah
satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus
kepada guru yang berprestasi, pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk
meningkatkan etos kerja, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di
bidangnya, mampu menghasilkan guru-guru dengan kualitas yang sangat baik.
No comments:
Post a Comment